Ok Guys kali ini Bima akan membagikan materi Bhs. Indonesia tentang Ejaan dan Pungtuasi
Check this out!!!
Bab
1: Ejaan
A. Pengertian
Ejaan
Ejaan adalah peraturan untuk
melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang tersebut
(pemisahan dan penggabunganya dalam suatu bahasa). Secara teknis, ejaan adalah
penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Lazimnya, ejaan
mempunyai 3 aspek, yaitu aspek fonologis, aspek morfologi, dan aspek
sintaksis.
Ejaan suatu bahasa tidak hanya berkisar
pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ucapan serta bagaimana
menempatkan tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti,
cara untuk menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan maupun atara kata
dengan kata.
Ejaan memiliki fungsi yang penting,
yaitu sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata, dan peristilahan,
serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa
indonesia. Mengingat pentingnya pembakuan ejaan, perlu dicapai terlebih dahulu
agar dapat menunjang pembakuan aspek-aspek kebahasaan lain. Namun, bukan
berarti kita harus selalu menggunakan bahasa baku melainkan, kita diperbolehkan
untuk menggunakan bahasa tidak baku atau bahasa percakaan yang tidak formal.
Karena pada dasarnya penggunaan bahasa disesuaikan dengan situasi pemakaian.
B. Tahapan-tahapan
Ejaan
1. Ejaan
van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa
melayu dengan menggunakan huruf latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen. Atau
bisa disebut juga dengan Ejaan Balai Pustaka. Van Ophuijsen merancang ejaan itu
dibantu oleh Engku Nawawi yang bergelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib
Soetan Ibrahim. Pada saat itu diusahakan untuk penyempurnaanya, contohnya pada
tahun 1938 saat Kongres Bahasa Indonesia yang pertama kali di Solo disarankan
agar ejaan Indonesia lebih diinternasionalkan. Ejaan ini dimuat dalam
kitab Logat Melayoe (1901).
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan
kata-kata Melayu dengan model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu dengan
menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara
lain :
1. Huruf j dipakai
untuk menuliskan kata jang, pajah, sajang.
2. Huruf oe dipakai
untuk menuliskan kata goeroe, itoe, oemoer.
3. Tanda
diakritik, seperti koma, ain, dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan
kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
4. Kata
ulang diberi angka 2, misalnya pelan2, hati2, sama2.
5. Kata
majemuk yang dirangkai ditulis dengan 3 cara:
a. Dirangkai
menjadi satu, misalnya hoeloebalang, apabila.
b. Dengan
menggunakan tanda penghubung, misalnya rumah-sakit.
c. Dipisahkan,
misalnya putra bangsa.
Kebanyakan catatan tertulis dengan
Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan
Jawi.
2. Ejaan
Soewandi
Pada tahun 1947 Soewandi yang pada saat
itu menjabat sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan menetapkan
dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg bahwa perubahan
ejaan bahasa indonesia dengan maksid membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih
sederhana. Ejaan tersebut adalah Ejaan Soewandi, tetapi masyarakat memberi
julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan ejaan
ini adalah sebagai berikut :
1. Huruf eo deganti
dengan u, seperti guru, itu, umur.
2. Bunyi
hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf k, sepetimakmur, tak, pak.
3. Kata
ulang ditulis dengan angka 2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan
dan kata depan di keduanya ditulis sama dengan kata yang
mengikutinya, seperti kata dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan
kata di- pada kata ditulis, dimakan.
3. Ejaan
Melindo
Pada akhir tahun 1959 sidang utusan
Indonesia-Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep
ejaan bersama yang dikenal dengan Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
4. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Peresmian
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia diresmikan pada tangan 16 Agustus 1972.
Peresmian tersebut berdasarkan dengan Putusan Presiden No. 57, tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengedarka buju kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,sebagai
pedoman ejaan saat itu.
Karena pedoman itu perlu dilengkapi,
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyusun
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah.Pada tahun 1987 kedua pedoman ini direvisi yang dimana
pada tanggal 9 september 1987 edisi revisi ini diperkuat dengan surat Putusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987.
Beberapa hal yang dikemukakan sehubungan
dengan Ejaan Bahasa indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :
1. Perubahan
huruf
Ejaan
Soewandi
|
Ejaan
yang Disempurnakan
|
dj djarak,
djauh
|
j jalan,
jauh
|
j pajung,
pajah
|
y payung,
payah
|
nj njonja,
banjak
|
ny nyonya,
banyak
|
sj isjarat,
masjarakat
|
sy isyarat,
masyarakat
|
tj tjukup,
tjutji
|
c cukup,
cuci
|
ch tarich,
achir
|
kh tarikh,
akhir
|
2. Huruf-huruf
di bawah ini, yang sebelumnyasudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur
pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf,
fakir
v valuta,
universitas
z zeni,
lezat
3. Huruf
q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu aksakta tetap dipakai
a : b = p : q
Sinar-X
4. Penulisan di- atau ke sebagai
awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan
di- atau ke
(awalan) di
atau ke (kata depan)
ditulis di
kampus
dibakar di
rumah
dimakan di
jalan
kekasih ke
kampus
kehendak ke
luar negeri
5. Kata
ulang ditulis dengan huruf penuh, tidah boleh dengan angka 2.
Anak-anak, berjalan-jalan, bersama-sama
4.1 Pemakaian Huruf
1. Nama-nama
huruf
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan disebutkan bahwa abjad yang digunakan
dalam ejaan bahasa indonesia terdiri atas huruf-huruf berikut
Huruf Nama Huruf Nama
A a a N n en
B b be O o o
C c ce –
bukan se P p pe
D d de Q q ki –
bukankyu
E e e R r er
F f ef S s es
G g ge –
bukan ji T t te –
bukanti
H h ha U u u
I i i V v fe –
bukanfi
J i je W w we
K k ka X x eks –
bukan ek
L l el Y y ye –
bukan ey
M m em Z z zet
Catatan :
Huruf e dapat dilafalkan menjadi e
besar, seperti lele, beres, materi, merah, dan kaget. Juga bisa
dilafalkan menjadi e lemah, separtiberas, segan, kenal, benar, dan cepat.
2. Lafal
singkatan dan kata
Kadang kita merasa ragu untuk melafalkan
suatu singkatan atau suatu kata dalam bahasa Indonesia. Itu mungkin disebkan
karena pengaruh lafal daerah atau lafal asing. Padahal, semua singkatan atau
kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan secara lafal
Indonesia termasuk juga singkatan yang berasal dari bahasa asing.
Singkatan/kata Lafal
tidak
baku Lafal
baku
AC [a
se] [a
ce]
BBC [be
be se], [bi bi si] [be
be ce]
LNG [el
en je] [el
en ge]
IUD [ay
yu di] [i
u de]
TVRI [ti
vi er i] [te ve
er i]
MTQ [em
te kyu] [em
te ki]
IGGI [ay
ji ji ay] [i
ge ge i]
Makin [mangkin] [makin]
Memuaskan [memuasken] [memuaskan]
Pendidikan [pendidi’an] [pendidikan]
Memiliki [memili’i] [memiliki]
Bahu-membahu [bau-membau] [bahu-membahu]
Pascasarjana [paskasarjana] [pascasarjana]
Logis [lohis] [logis]
Sosiologi [sosiolohi] [sosiologi]
Ke
mana [ke
mana?] [ke
mana]
Beberapa [be’be’rapa] [beberapa]
Akronim bahasa asing yang bersifat
internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal
Indonesia, tetapi tetap dilafalkan seperti lafal aslinya. Misalnya:
Kata Lafal
tidak baku Lafal
baku
Unesco [u
nes
tjo] [yu
nes ko]
Unicef [u
ni tjef] [yu
ni sef]
Sea
Games [se
a ga
mes] [si
ge ims]
3. Persukuan
Persukuan diperlukan pada saat kita
harus memenggal suatu kata dalam tulisan jika penggantian baris. Jika kita
memenggal suatu kata, maka kita harus membubuhkan tanda penghubung (-) tanpa
spasi atau jarak diantara suku-suku tersebut. Sebuah persukuan ditandai oleh
sebuah vokal.
Beberapa kaidah persukuan yang perlu
kita perhatikan dengan cermat adalah sebagai berikut.
a. Penyukuan
dua vokal yang berurutan di tengah kata
Kalau ditengah kata ada dua vokal yang
berurutan, pemisahan tersebut dilakukan diantara kedua vokal itu. Misalnya :
Kata Bentuk
tidak
baku Bentuk
baku
1. Lain la
– in la-in
2. Saat sa
–
at sa-at
3. Kait kai-t ka-it
4. Main
m-ain ma-in
5. Daun dau-n da-un
b. Penyukuan
dua vokal mengapit konsonan ditengah kata
Kalau ditengah kata ada konsonan di
antara dua vokal, pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu. Misalnya :
Kata Bentuk
tidak
baku Bentuk
baku
1. Seret ser-et se-ret
2. Masam mas-am ma-sam
3. Sepatu sep-atu se-patu
4. Bahasa bah-asa ba-hasa
Selain itu, karena ng, ny, sy, dan kh
melambangkan satu konsonan, sehingga tidak pernah decerahkan sehingga pemisahan
suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasangan huruf tersebut. Misalnya :
Kata Bentuk
tidak
baku Bentuk
baku
1. Langit lan-git la-ngit
2. Masyarakat mas-yarakat ma-syarakat
3. Mutakhir mutak-hir muta-khir
4. Akhirat ak-hirat akhi-rat
c. Penyukuan
dua konsonan berurutan di tengah kata
Kalau di tengah kata ada dua konsonan
yang berurutan, pemisahan tersebut terdapat diantara kedua konsonan tersebut.
Misalnya :
Kata Bentuk
tidak Baku Bentuk
Baku
1. Maksud ma-ksud mak-sud
2. Langsung langs-ung lang-sung
3. Merdeka merd-eka mer-deka
d. Penyusunan
kata yang berimbuhan
Imbuhan, termasuk yang mengalami
perubahan bentuk dan artikel yang biasanya ditulis dengan serangkai dengan kata
dasarnya, dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan. Misalnya :
Kata Bentuk
tidak
baku Bentuk
baku
1. Santapan santa-pan santap-an(kata dasar santap)
2. Mengail meng-ail me-ngail(kata dasar kail)
3. Belajar be-lajar bel-ajar(kata dasar ajar)
4. Penulisan
nama diri
Penulisan nama diri, nama sungai,
gunumg, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku. Penulisan
nama orang, badan hukum, dan nama diri lain yang sudah lazim, disusuaikan
dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, kecuali ada
pertimbangan khusus. Misalnya :
Universitas
Padjadjaran
Soepomo
Poedjosoedarmo
Dji
Sam Soe
Widjojo
Nitrisastro
4.2 Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah, yakni
1. Penulisan
huruf besar atau huruf kapital
Kaidah penulisan huruf kapital adalah
sebagai berikut
a. Huruf
besar atau kapital dipakai pada huruf ertama suatu kalimat berupa petikan
langsung.
b. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam suatu ungkapan yang
berhunungan dengan hai-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk kata
ganti-Nya.
c. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan,
keturunan, agama), jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.
d. Kata van,
den, da, de, din, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama
orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata tersebut digunakan
sabagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat.
e. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
f. Huruf
besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, hari, bulan,
hari raya, dan peristiwa sejarah.
g. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.
h. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi.
i. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel di, ke,
dari, untuk,dan yang, yang terletak pada posisi awal.
j. Huruf
besar atau kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar
dokter.
k. Huruf
besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan.
2. Penulisan
huruf miring
1. Digunaka
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
karangan.
2. Digunakan
untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Digunakan
untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahasa
daerah, kecuali yang disesuaikan dengan ejaannya.
4.3 Penulisan Kata
a. Kata
dasar ditulis sebagai satu-satunya yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata
turunan, imbuhan dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.
b. Kata
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Pemakaian angka
dua untuk menyatakan bentuk perulangan hendaknya dibatasi pada penulisan cepat
atau penulisan catatan saja.
c. Gabungan
kata termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya ditulis
terpisah. Misalnya :
Bentuk tidak
baku Bentuk
baku
Orangtua orang
tua
Mejatulis meja
tulis
Kerjasama kerja
sama
Gabungan kata yang sudah dianggap
sebagai satu kata dituliskan serangkai. Misalnya :
Bentuk tidak
baku Bentuk
baku
Mana
kala manakala
Dari
pada daripada
Pada
hal padahal
d. Kata
ganti ku dan kau- yang ada pertaliannya
dengan aku danengkau – ditulis serangkaian dengan kata yang
mengikutinya; kata ganti ku, mu dan nya – yang ada pertaliannya
dengan aku, kamu,dan dia- ditulis serangkai dengan yang
mendahuluinya. Misalnya :
1. Pikirannu dan
kata-katamu berguna untuk memajukan negara ini.
2. Kalau
mau, boleh kauambil buku itu.
3. Apa
yang kulakukan boleh kaukritik.
e. Kata
depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang dianggap padu benar,
seperti kepada dan daripada.
f. Partikel pun dipisahkan
dari kata yang mendahuluinya karena punsudah hampir seperti kata lepas.
g. Partikel per yang
berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat
yang mendampinginya.
h. Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
i. Penulisan
lambang bilangan dengan huruf sebagai berikut:
1. Tiga
ratus empat puluh lima (345)
2. Empat
satu pertiga (4 1/3)
j. Penulisan
kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara berikut
1. Abad
XX ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
2. Abad
ke-20 ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
3. Abad
kedua puluh ini dikenal juga sebagai abad teknologi.
k. Penulisan
kata bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut
1. Walaupun
keluaran tahun 60-an, mesin mobil ini masih bagus.
2. Walaupun
kakek lahir tahun 40-an, kakek masih kuat untuk bertani.
l. Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam rincian.
m. Lambang
bilangan pada awal kalimat ditulis dengan menggunakan huruf.
n. Bilangan
tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi, sepert akta dan kuitansi.
4.4 Penulisan unsur serapan
berdasarkan taraf integritasnya unsur
pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur yang belum sepenuhnya
terserap olah bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle
cock, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tapi pengucapan
masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan
asing hanya diubah seperlunya.
BAB 2 : PUNGTUASI
PEMBAHASAN
1. Pungtuasi
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
2. Dasar pungtuasi
Bahasa terdiri atas aspek, yaitu aspek bentuk dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental yaitu unsur bahasa yang meliputi: fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Sedangkan unsur suprasegmental adalah unsur bahasa yang kehadirannya tergantung dari unsur segmental, yang terdiri dari tekanan keras, tekanan lemah, panjang, dan sebagainya. Unsur segmental dalam bentuk yang lebih luas disebut sebagai intonasi.
Unsur segmental dapat tergambar dengan jelas walaupun kadang-kadang masih terdapat kelemahan. Untuk unsur suprasegmental beserta gerak-gerik wajah belum dapat dituliskan dengan abjad, persukuan, penulisan kata, dan sebagainya. Sebaliknya, unsur suprasegmental biasanya dinyatakan secara tertulis melalui tanda-tanda baca atau pungtuasi.
3. Macam-macam pungtuasi
Berdasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda pungtuasi sebagai berikut:
a. Titik
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Titik lazim digunakan untuk:
Menyatakan akhir dari sebuah tutur ataau kalimat.
Contohnya:
1) Demokrasi bukan berarti adu kekuatan
2) Kebiasaannya yang aneh membuatnya jadi terkenal
Kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda tanya dan tanda seru yang dipergunakan dalam kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik.
Contohnya:
a.Mengapa saudara tidak hadir kemarin?
b. Pergi dari hidupku!
1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan singkatan kata.
Contohnya:
1. Yth. (yang terhormat)
2. Drs. (Dokterandus)
Semua singkatan kata yang mempergunakan inisial atau akronim tidak mempergunakan titik. Misal, MPR, DPR, ABRI, Hankam, Lemhanas, dan sebagainya.
2. Tanda titik dipergunakan untuk memisahkan angka ribun, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah.
Contohnya:
1. 100.000
2. 100.000.000
Bila bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik itu tidak dipergunakan.
Contohnya:
1. Buka buku pada halaman 1245.
2. Saya di lahirkan pada tahun 1972.
3. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik.
Contohnya:
1. Pukul 6.30.42 (pukul enam lewat tiga puluh menit, empat puluh dua detik).
2. Pukul 22.45.32 (pukul dua puluh dua lewat empat puluh lima menit, tiga puluh dua detik).
a. Koma
Koma adalah perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur, biasanya di lambangkan dengan tanda (,). Di samping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma yang dipakai untuk beberapa tujuan tertentu. Koma digunakan dalam hal sebagai berikut:
1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat-kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan anak kalimat dengan anak kalimat.
Contohnya:
1. Mereka bukan melaksanakan yang diperintahkan gurunya, melain bermalas-malasan saja.
2. Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.
2. Koma dipergunakan untuk menandakan suatu bentuk parentetis (keterangan yang di tempatkan di dalam kurung) dan unsur-unsur yang tidak restriktif.
Contohnya:
1. Cita-citanya, seperti yang diinginkannya dari dulu, terlaksana dengan segala dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Mahasiswa, yang belajaar dengan rajin, dapat diberi nilai yang memuaskan.
3. Tanda koma di pergunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
Contohnya:
1. Karena kecewa, ia pergi jauh.
2. Sebagai kenang-kenangan, kami mohon agar Bapak sudi menyanyikan sebuah lagu.
4. Tanda koma dipergunakan untuk menceritakan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Contohmya:
1. Ia membeli sekarung beras, seekor kerbau jantan, sepuluh kilo gula pasir, sepuluh kaleng minyak bimoli sebagai persiapan resepsi ulang tahunnya ke-30.
5. Tanda koma dipergunakan untuk memisahkan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Contohnya:
1. Oleh karena itu, sudah sampailah saatnya bagi kita untuk menata kembali kehidupan di kampus ini.
2. Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya tertampung dalam universitas negeri.
6. Tanda koma selalu dipergunakan untuk menghindari salah satu baca ataau keragu-raguan.
Contohnya:
1. Meragukan: Di luar gedung terlihat angker.
Jelas: Di luar, gedung terlihat angker.
7. Tanda koma digunakan untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.
Contohnya:
1. Saya setuju, saudara, berlajarlah dengan tekun.
2. Tabahkanlah hatimu, Lis, saya pergi tidak akan lama.
8. Tanda koma digunakan untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkannya.
Contohnya:
1. Dosen saya, Pak Prof. Dr. H. J. S. Badudu, mengajar stuktur bahasaa Indonesia dengan penuh semangat.
2. Orang tuanya, Pak H. Abd. Rahman, telah meninggal dunia.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata-kata efektif seperti o, ya,wah, aduh, kasihan, dan sebagainya dari kalimat lainnya.
Contohnya:
1. Ya, saya siap menjadi anggota.
2. Wah, saudara benar-benar hebat!
10. Tanda koma digunakan untuk beberapa maksud seperti:
a. Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat, dan tanggal.
Contohnya:
Bila saudara ingin menyurati saya alamatkanlah ke: Perumahan Putri Tujuh, Blok II, No. 05, RT. 06 RW. 03, Sidomulyo Barat, Pekanbaru.
b. Memisahkan nama yang dibalikkan .
Contohnya:
Rusyana, Yus (Yus Rusyana).
c. Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
Contohnya:
Drs. Hermansyah, M. A.
d. Menyatakan angka desimal
Contohnya:
Rumah saya luasnya 84,73 m.
b. Titik koma
Titik koma di lambangkan dengan tanda (;). Fungsi titik koma sebenarnya terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, tetapi dipihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat tadi sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik.
Titik koma digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk memisahkan dua bagian kalimat yang sederajat yang tidak menggunakan kata sambung.
Contohnya: Ia seorang sarjana yang cemerlang; seorang dosen yang berkualitas; seorang praktisi yang patut diperhitungkan.
2. Titik koma digunakan untuk memisahkan anak-anak kalimat yang sederajat.
Contohnya: Beliau mengatakan baahwa ia sudah tua; Ia ingin beristirahat; sebab itu ia tidak mau diangkat menjadi menteri.
3. Titik koma digunakan untuk memisahkan sebuah kalimat yang panjang dan mengandung subjek yang sama, serta terdapat perhentian yang lebih lama dari koma biasa; teristimewah titik koma di gunakan bila dalam bagian kalimat terdahulu telah memakai koma.
Contohnya: melihat anaknya tiba-tiba seperti yang putus harapan, hilang akalnya; gelisah tidak tentu apa yang hendak dikerjakannya.
c. Titik dua
Titik dua biasanya di lambangkan dengan tanda (:). Titik digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Titik dua digunakan sebagai pengantar sebuah kutipan yang panjang, baik yang diambil dari sebuah buku, majalah.
Contohya: Dalam sebuah karangannya yang berjudul “bahasa daan sastra dalam Gamitan Pendidikan “Prof. DR. H. Yus Rusyana mengatakan:” Besarnya inteferensi yang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh mahasiswa menandakan pula kemampuan mahasiswa yang belum tinggi.”
2. Titik dua dipakai sesudah kata atau frase yang memerlukan pemerian.
Contohnya:
Ketua : Drs Khairuddin, M.pd.
Wakil ketua : Muh. Kastulani, S. H. M. Hum.
Sekretaris : Drs. Nusalim AR. M.Pd.
Wakil sekretaris : Drs. Alpizar, M.Si.
Bendahara : Dra. Silawati, M. Pd
d. Tanda kutip
Tanda kutip di lambangkan dengan tanda (“….”)atau(‘….’). Tanda kutip digunakan dalam hal-hal berikut:
1. Tanda kutip digunakan untuk mengutip kata-kata seorang, atau sebuah kalimat.
Contohnya: Ia mengatakan, “ saya harus pergi sekarang.”
2. Tanda kutip digunakan untuk menulis judul karangan, syair atau bab buku.
Contohnya: Yena menulis sebuah artikel dalam majalah Horizon dengan judul ‘Bahasa Melayu dalam ancangan masa depan’.
e. Tanda tanya
Tanda tanya yang biasanya dilambangkan dengan tanda (?). tanda tanya digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda tanya digunakan dalam pertanyaan langsung.
Contohnya: Anda tinggal di mana?
2. Tanda tanya digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau ketidak tentuan . untuk maksud ini, tanda tanya harus di tepatkan kedalam tanda kurung (?).
Contohnya: Pengarang itu lahir tahun 1766 (?) dan meninggal dunia tahun 1850.
f. Tanda seru
Tanda seru dilambangkan dengan (!). tanda seru biasanya di pakai dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda seru selalu dipergunakan untuk menyatakan suatu perintah.
Contohnya: Ambilkan dia segelas air! Cepat!
2. Tanda seru digunakan untuk menyatakan bahwa orang yang mengutip sesuatu sebenarnya tidak setuju atau sependapat dengan apa yang dikutipnya itu.
Contohnya: kita semua berasal dari kera(!)
g. Tanda hubung
Tanda hubung yang di lambangkan dengan tanda (-). Digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian dari kata ulang.
Contohnya: Sayur-mayur, jalan-jalan, dan lain sebagainya.
2. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan antara bagian kata atau ungkapan.
Contohnya: ber-evolusi, be-revolusi.
Ber-uang, be-ruang.
h. Tanda pisah
Tanda pisah biasanya dilambangkan dengan tanda (-). Tanda pisah digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan.
Contohnya: karangan yang lebih populer dapat mendorong orang-orang awam - seperti saya ini - untuk mempergunakan bahasa Indonesia dengan cara yang lebih baik.
2. Tanda pisah dipakai antara dua bilangan.
Contohnya: Ia dibesarkan di desa selat panjang dari tahun 1966 – 1987.
i. Tanda elipsis (titik-titik)
Tanda elipsis dilambangkan dengan tiga (…). Digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus.
Contohnya: Ia sebenarnya sudah…sudah… sudah mati!
2. Tanta elipsis dipakai untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Contohnya: Mental menjalankan kekuasaan di Negara modern … perlu dibina.
j. Tanda kurung
Tanda kurung yang biasa dilambangkan dengan tanda ( ). Tanda kurung digunakan untuk menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya: peranan PMBR (Persebatian Mahasiswa Bugis Riau) sangat besar artinya bagi masyarakat bugis.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembicaraan.
contohnya: Memang diakui bahwa untuk dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikatan ‘pengajaran ‘) ini ada metode dan sistemnya.
k. Tanda kurung siku
Tanda kurung siku biasanya dilambangkan dengan tanda []. Tanda ini gunakan untuk maksud-maksud berikut:
1. Untuk menerangkan suatu di luar jalannya teks, atau sisipan keterangan yang tidak ada hubungannya dengan teks.
Contohnya: sementara itu lingkungan pemuda dari kampus berhubung [maksudnya: berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan di luar kampusnya.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan di dalam kurung.
Contohnya: Peranan FKMP (forum komunikasi mahasiswa pascasarjana [organisasi yang menangani kepentingan di perguruan tinggi]) sangat dirasakan manfaatnya.
l. Garis miring
Garis miring dilambangkan dengan tanda (/). Garis miring dipakai untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Pengganti kata dan, atau, per, atau memisahkan nomor alamat yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Contohnya: Pembentukan kata / istilah-istilah harus mengikuti aturan yang baku.
2. Garis miring digunakan untuk pedoman kode surat.
Contohnya: NO. 29/FKMP/XI/05
NO. 36/Und./RW.03/X/05
m. Huruf kapital
Huruf kapital atau huruf besar digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Huruf awal dari kata pertama dalam sebuah kalimat. Dapat juga digunakan pada huruf awal dari kata pertama dalam surat bagian sanjak, walaupun penyair-penyair dewasa ini telah meninggalkan kebiasaan tersebut.
Contohnya:
*Bunga*
Bunga kapan kau datang
Kau belum mengenal dunia
Tapi hari ini kau layu
Kau terjang segala tikus-tikus yang mengaku malaikat
Kau hadang timah panas dengan darah putih
Demi kicau burung pagi yang belum pasti
Sementara para kucing berebutan tulang
Besok, lusa, dan entah kapan lagi
Oleh: Salim AR.
2. Huruf kapital digunakan untuk judul-judul buku, pertunjukan, nama harian, majalah, artikel, dan sanjak. Dalam hal ini biasanya kata-kata yang penting saja ditempatkan dalam huruf kapital, sedangkan kata-kata yang tidak penting tetap dalam huruf kecil.
Contohnya: 1. Bahasa Melayu dalam Ancangan Masa Depan
3. Kenangan Manis di Danau Buatan.
PEMBAHASAN
1. Pungtuasi
Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.
2. Dasar pungtuasi
Bahasa terdiri atas aspek, yaitu aspek bentuk dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu unsur segmental dan unsur suprasegmental. Unsur segmental yaitu unsur bahasa yang meliputi: fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Sedangkan unsur suprasegmental adalah unsur bahasa yang kehadirannya tergantung dari unsur segmental, yang terdiri dari tekanan keras, tekanan lemah, panjang, dan sebagainya. Unsur segmental dalam bentuk yang lebih luas disebut sebagai intonasi.
Unsur segmental dapat tergambar dengan jelas walaupun kadang-kadang masih terdapat kelemahan. Untuk unsur suprasegmental beserta gerak-gerik wajah belum dapat dituliskan dengan abjad, persukuan, penulisan kata, dan sebagainya. Sebaliknya, unsur suprasegmental biasanya dinyatakan secara tertulis melalui tanda-tanda baca atau pungtuasi.
3. Macam-macam pungtuasi
Berdasarkan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksis). Tanda-tanda pungtuasi sebagai berikut:
a. Titik
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Titik lazim digunakan untuk:
Menyatakan akhir dari sebuah tutur ataau kalimat.
Contohnya:
1) Demokrasi bukan berarti adu kekuatan
2) Kebiasaannya yang aneh membuatnya jadi terkenal
Kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula pengertian perhentian akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda tanya dan tanda seru yang dipergunakan dalam kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik.
Contohnya:
a.Mengapa saudara tidak hadir kemarin?
b. Pergi dari hidupku!
1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan singkatan kata.
Contohnya:
1. Yth. (yang terhormat)
2. Drs. (Dokterandus)
Semua singkatan kata yang mempergunakan inisial atau akronim tidak mempergunakan titik. Misal, MPR, DPR, ABRI, Hankam, Lemhanas, dan sebagainya.
2. Tanda titik dipergunakan untuk memisahkan angka ribun, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah.
Contohnya:
1. 100.000
2. 100.000.000
Bila bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik itu tidak dipergunakan.
Contohnya:
1. Buka buku pada halaman 1245.
2. Saya di lahirkan pada tahun 1972.
3. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik.
Contohnya:
1. Pukul 6.30.42 (pukul enam lewat tiga puluh menit, empat puluh dua detik).
2. Pukul 22.45.32 (pukul dua puluh dua lewat empat puluh lima menit, tiga puluh dua detik).
a. Koma
Koma adalah perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur, biasanya di lambangkan dengan tanda (,). Di samping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma yang dipakai untuk beberapa tujuan tertentu. Koma digunakan dalam hal sebagai berikut:
1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat-kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan anak kalimat dengan anak kalimat.
Contohnya:
1. Mereka bukan melaksanakan yang diperintahkan gurunya, melain bermalas-malasan saja.
2. Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.
2. Koma dipergunakan untuk menandakan suatu bentuk parentetis (keterangan yang di tempatkan di dalam kurung) dan unsur-unsur yang tidak restriktif.
Contohnya:
1. Cita-citanya, seperti yang diinginkannya dari dulu, terlaksana dengan segala dengan kemampuan yang dimilikinya.
2. Mahasiswa, yang belajaar dengan rajin, dapat diberi nilai yang memuaskan.
3. Tanda koma di pergunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat.
Contohnya:
1. Karena kecewa, ia pergi jauh.
2. Sebagai kenang-kenangan, kami mohon agar Bapak sudi menyanyikan sebuah lagu.
4. Tanda koma dipergunakan untuk menceritakan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Contohmya:
1. Ia membeli sekarung beras, seekor kerbau jantan, sepuluh kilo gula pasir, sepuluh kaleng minyak bimoli sebagai persiapan resepsi ulang tahunnya ke-30.
5. Tanda koma dipergunakan untuk memisahkan beberapa kata yang disebut berturut-turut.
Contohnya:
1. Oleh karena itu, sudah sampailah saatnya bagi kita untuk menata kembali kehidupan di kampus ini.
2. Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya tertampung dalam universitas negeri.
6. Tanda koma selalu dipergunakan untuk menghindari salah satu baca ataau keragu-raguan.
Contohnya:
1. Meragukan: Di luar gedung terlihat angker.
Jelas: Di luar, gedung terlihat angker.
7. Tanda koma digunakan untuk menandakan seseorang yang diajak bicara.
Contohnya:
1. Saya setuju, saudara, berlajarlah dengan tekun.
2. Tabahkanlah hatimu, Lis, saya pergi tidak akan lama.
8. Tanda koma digunakan untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkannya.
Contohnya:
1. Dosen saya, Pak Prof. Dr. H. J. S. Badudu, mengajar stuktur bahasaa Indonesia dengan penuh semangat.
2. Orang tuanya, Pak H. Abd. Rahman, telah meninggal dunia.
9. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata-kata efektif seperti o, ya,wah, aduh, kasihan, dan sebagainya dari kalimat lainnya.
Contohnya:
1. Ya, saya siap menjadi anggota.
2. Wah, saudara benar-benar hebat!
10. Tanda koma digunakan untuk beberapa maksud seperti:
a. Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat, dan tanggal.
Contohnya:
Bila saudara ingin menyurati saya alamatkanlah ke: Perumahan Putri Tujuh, Blok II, No. 05, RT. 06 RW. 03, Sidomulyo Barat, Pekanbaru.
b. Memisahkan nama yang dibalikkan .
Contohnya:
Rusyana, Yus (Yus Rusyana).
c. Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
Contohnya:
Drs. Hermansyah, M. A.
d. Menyatakan angka desimal
Contohnya:
Rumah saya luasnya 84,73 m.
b. Titik koma
Titik koma di lambangkan dengan tanda (;). Fungsi titik koma sebenarnya terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, tetapi dipihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat tadi sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik.
Titik koma digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk memisahkan dua bagian kalimat yang sederajat yang tidak menggunakan kata sambung.
Contohnya: Ia seorang sarjana yang cemerlang; seorang dosen yang berkualitas; seorang praktisi yang patut diperhitungkan.
2. Titik koma digunakan untuk memisahkan anak-anak kalimat yang sederajat.
Contohnya: Beliau mengatakan baahwa ia sudah tua; Ia ingin beristirahat; sebab itu ia tidak mau diangkat menjadi menteri.
3. Titik koma digunakan untuk memisahkan sebuah kalimat yang panjang dan mengandung subjek yang sama, serta terdapat perhentian yang lebih lama dari koma biasa; teristimewah titik koma di gunakan bila dalam bagian kalimat terdahulu telah memakai koma.
Contohnya: melihat anaknya tiba-tiba seperti yang putus harapan, hilang akalnya; gelisah tidak tentu apa yang hendak dikerjakannya.
c. Titik dua
Titik dua biasanya di lambangkan dengan tanda (:). Titik digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Titik dua digunakan sebagai pengantar sebuah kutipan yang panjang, baik yang diambil dari sebuah buku, majalah.
Contohya: Dalam sebuah karangannya yang berjudul “bahasa daan sastra dalam Gamitan Pendidikan “Prof. DR. H. Yus Rusyana mengatakan:” Besarnya inteferensi yang terjadi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh mahasiswa menandakan pula kemampuan mahasiswa yang belum tinggi.”
2. Titik dua dipakai sesudah kata atau frase yang memerlukan pemerian.
Contohnya:
Ketua : Drs Khairuddin, M.pd.
Wakil ketua : Muh. Kastulani, S. H. M. Hum.
Sekretaris : Drs. Nusalim AR. M.Pd.
Wakil sekretaris : Drs. Alpizar, M.Si.
Bendahara : Dra. Silawati, M. Pd
d. Tanda kutip
Tanda kutip di lambangkan dengan tanda (“….”)atau(‘….’). Tanda kutip digunakan dalam hal-hal berikut:
1. Tanda kutip digunakan untuk mengutip kata-kata seorang, atau sebuah kalimat.
Contohnya: Ia mengatakan, “ saya harus pergi sekarang.”
2. Tanda kutip digunakan untuk menulis judul karangan, syair atau bab buku.
Contohnya: Yena menulis sebuah artikel dalam majalah Horizon dengan judul ‘Bahasa Melayu dalam ancangan masa depan’.
e. Tanda tanya
Tanda tanya yang biasanya dilambangkan dengan tanda (?). tanda tanya digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda tanya digunakan dalam pertanyaan langsung.
Contohnya: Anda tinggal di mana?
2. Tanda tanya digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau ketidak tentuan . untuk maksud ini, tanda tanya harus di tepatkan kedalam tanda kurung (?).
Contohnya: Pengarang itu lahir tahun 1766 (?) dan meninggal dunia tahun 1850.
f. Tanda seru
Tanda seru dilambangkan dengan (!). tanda seru biasanya di pakai dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda seru selalu dipergunakan untuk menyatakan suatu perintah.
Contohnya: Ambilkan dia segelas air! Cepat!
2. Tanda seru digunakan untuk menyatakan bahwa orang yang mengutip sesuatu sebenarnya tidak setuju atau sependapat dengan apa yang dikutipnya itu.
Contohnya: kita semua berasal dari kera(!)
g. Tanda hubung
Tanda hubung yang di lambangkan dengan tanda (-). Digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian dari kata ulang.
Contohnya: Sayur-mayur, jalan-jalan, dan lain sebagainya.
2. Tanda hubung digunakan untuk memperjelas hubungan antara bagian kata atau ungkapan.
Contohnya: ber-evolusi, be-revolusi.
Ber-uang, be-ruang.
h. Tanda pisah
Tanda pisah biasanya dilambangkan dengan tanda (-). Tanda pisah digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan.
Contohnya: karangan yang lebih populer dapat mendorong orang-orang awam - seperti saya ini - untuk mempergunakan bahasa Indonesia dengan cara yang lebih baik.
2. Tanda pisah dipakai antara dua bilangan.
Contohnya: Ia dibesarkan di desa selat panjang dari tahun 1966 – 1987.
i. Tanda elipsis (titik-titik)
Tanda elipsis dilambangkan dengan tiga (…). Digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus.
Contohnya: Ia sebenarnya sudah…sudah… sudah mati!
2. Tanta elipsis dipakai untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Contohnya: Mental menjalankan kekuasaan di Negara modern … perlu dibina.
j. Tanda kurung
Tanda kurung yang biasa dilambangkan dengan tanda ( ). Tanda kurung digunakan untuk menyatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contohnya: peranan PMBR (Persebatian Mahasiswa Bugis Riau) sangat besar artinya bagi masyarakat bugis.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembicaraan.
contohnya: Memang diakui bahwa untuk dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikatan ‘pengajaran ‘) ini ada metode dan sistemnya.
k. Tanda kurung siku
Tanda kurung siku biasanya dilambangkan dengan tanda []. Tanda ini gunakan untuk maksud-maksud berikut:
1. Untuk menerangkan suatu di luar jalannya teks, atau sisipan keterangan yang tidak ada hubungannya dengan teks.
Contohnya: sementara itu lingkungan pemuda dari kampus berhubung [maksudnya: berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan di luar kampusnya.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan di dalam kurung.
Contohnya: Peranan FKMP (forum komunikasi mahasiswa pascasarjana [organisasi yang menangani kepentingan di perguruan tinggi]) sangat dirasakan manfaatnya.
l. Garis miring
Garis miring dilambangkan dengan tanda (/). Garis miring dipakai untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Pengganti kata dan, atau, per, atau memisahkan nomor alamat yang mempunyai fungsi yang berbeda.
Contohnya: Pembentukan kata / istilah-istilah harus mengikuti aturan yang baku.
2. Garis miring digunakan untuk pedoman kode surat.
Contohnya: NO. 29/FKMP/XI/05
NO. 36/Und./RW.03/X/05
m. Huruf kapital
Huruf kapital atau huruf besar digunakan dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Huruf awal dari kata pertama dalam sebuah kalimat. Dapat juga digunakan pada huruf awal dari kata pertama dalam surat bagian sanjak, walaupun penyair-penyair dewasa ini telah meninggalkan kebiasaan tersebut.
Contohnya:
*Bunga*
Bunga kapan kau datang
Kau belum mengenal dunia
Tapi hari ini kau layu
Kau terjang segala tikus-tikus yang mengaku malaikat
Kau hadang timah panas dengan darah putih
Demi kicau burung pagi yang belum pasti
Sementara para kucing berebutan tulang
Besok, lusa, dan entah kapan lagi
Oleh: Salim AR.
2. Huruf kapital digunakan untuk judul-judul buku, pertunjukan, nama harian, majalah, artikel, dan sanjak. Dalam hal ini biasanya kata-kata yang penting saja ditempatkan dalam huruf kapital, sedangkan kata-kata yang tidak penting tetap dalam huruf kecil.
Contohnya: 1. Bahasa Melayu dalam Ancangan Masa Depan
3. Kenangan Manis di Danau Buatan.
Nah gimana tentang materinya?udah ngertikan
0 komentar:
Posting Komentar